Wednesday, October 22, 2008

Di Suatu Pagi...

Pagi ini, Rabu 22 Oktober 2008, setelah memutuskan dengan cepat mengganti celana bahan dengan blue jeans Lee Cooper dan kemeja hitam The Executive, saya pun pergi meninggalkan rumah di bilangan Rempoa. Seperti biasa, saya berangkat ke kantor di daerah Depok dengan menggunakan angkutan umum. Hmmm..pagi ini saya cukup sering berlari-lari, pertama mengejar angkot dari depan rumah, kedua mengejar bus Deborah di Pasar Jumat, hihihi untung saya menggunakan sepatu 'lepes' jadi memudahkan saya untuk berlari-lari.. Bayangkan kalau saya pake high heels atau sepatu berhak 3 cm yang biasa saya pakai, wah, yang ada larinya tidak nyaman untuk kakiku.
Then, pas lagi di angkot ada temen yang menelpon meminta saya untuk ikut membereskan suatu masalah...karena kalau tidak wah bisa-bisa ada perang dunia lagi nih. So, pekerjaan hari ini bertambah! Jalanan hari ini lumayan macet terutama di Jl. Simatupang tepat sebelum perempatan Fatmawati tapi saya tidak terlalu merasakannya karena hehehe saya tertidur dengan pulas di bus tapi cuaca pagi ini punas banget. Pergantian musim tahun ini memang agak mengkhawatirkan, rasanya ancaman global warming bukan hanya sekedar slogan tetapi harus ditanggapi dengan serius!! Cuaca sering banget berganti dengan cepat, panas tiba-tiba hujan tiba-tiba panas lagi, kondisi badan yang gak fit bisa langsung terkena penyakit apalagi beberapa waktu lalu katanya suhu di Jakarta dan beberapa daerah lainnya mencapai 40 derajat Celcius!!! Gosh, it's too hot!!!
Mendekati daerah Depok, tepatnya di seberang halte UI tiba-tiba macet total!! Hey, sesuatu pasti terjadi dan ternyata benar ada kecelakaan, well bisa dibilang kecelakaan atau kecerobohan yang mengakibatkan sebuah nyawa menghilang. Seonggok badan ditutupi koran dan dikerumuni oleh banyak orang termasuk polisi tergeletak di dekat rel kereta api. Pikiran pertama yang muncul di benak saya wah, korban tertabrak kereta api nih! Barusan dapat kabar dari temen yang baru saja datang di kantor, katanya korban adalah laki-laki berusia 33 tahun berasal dari Minangkabau. Mmm... may he stay in peace, God bless him... Tapi bicara mengenai korban tertabrak kereta api, yang sudah sekian kalinya terjadi..kesalahan itu ada di pihak mana ya?? Kayaknya tidak bisa digeneralisasi karena kasus per kasus. Misalnya kasus pagi ini, kejadiannya itu terjadi persis di bawah jembatan penyebarangan orang yang melintas dari arah jalan menuju Depok sampai ke halte UI, so...siapa menjemput nyawa sendiri, sudah ada jembatan yang dibuat untuk mengantisipasi tertabrak kereta KRL Jabotabek yang selalu ramai itu eh nekat menyebrang dengan melintasi rel kereta langsung, poor him. Persoalan disiplin kayaknya memang parah banget deh untuk manusia Indonesia, contohnya ya gitu, ada jembatan penyeberangan orang tapi nekat nyebrang jalan dengan berharap mobil-mobil dan motor-motor yang melintas berbelas kasih untuk memberikan jalan (hihihi..saya juga terkadang termasuk orang yang begitu tetapi tergantung dari tingkat keramaian jalan). Alasan kenapa orang malas menggunakan jembatan penyeberangan orang (JPO) biasanya adalah karena biar cepat sampai, letaknya kurang strategi, letaknya tinggi banget jadi capek kalau harus naik-turun tangga dll. Tapi pada dasarnya yah karena kurangnya kedisiplinan di diri masing-masing, alasan sih bisa dicari 1001..coba aja kalau misalnya orang yang sama pergi ke negara lain, nah pasti akan tertib, eh pengalaman saya waktu ke luar negeri di Austria, kebetulan tidak ada JPO tetapi kalau menyeberang harus di zebra cross dan saya amazed karena mobil dan motor sukarela berhenti ketika kami akan menyeberang tanpa saya harus memberikan tangan (kebetulan perempatan itu tidak ada lampu lalu lintas untuk menyeberang)..kayaknya hal beginian sulit banget terjadi di Jakarta...hehehe tapi berharap kan masih boleh ;)

No comments: